Kegiatan ekstrakurikuler seni bela diri (Tapak Suci) diadakan setiap hari Kamis pada jam 13.30, mengingat seni bela diri merupakan hal yang sangat penting.
Tingkat kriminalitas semakin tinggi. Premanisme bak wabah yang menular ke setiap daerah. Aparat keamanan, tampak semakin kewalahan, sehingga kejahatan bisa terjadi setiap saat tanpa ada yang bisa mencegah. Berita-berita mengerikan setiap hari kita dengar melebihi sarapan pagi. Entah itu soal pembunuhan, perampokan, bahkan pemerkosaan. Lantas apakah kita akan berdiam diri menyaksikan semua itu lewat di depan mata, menunggu aparat keamanan datang atau mengharapkan seorang macam ‘superman’ turun tangan?
Keamanan dan perlindungan lebih banyak berada di tangan kita sendiri. Kita tidak bisa mengharapkan bantuan orang lain karena mereka juga dalam posisi yang sama. Saat ini semua orang, anggota masyarakat sangat rentan menjadi korban tindak kejahatan. Kriminal bisa menyentuh laki-laki atau perempuan, dewasa atau anak-anak, kaya atau miskin. Jadi sebaiknya kita berusaha meningkatkan perlindungan pada diri kita sendiri.
Memang banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari kejahatan. Misalnya, jangan mudah percaya pada kata-kata orang lain. Sebaiknya kita melakukan perjalanan tidak seorang diri, apalagi jika di malam hari. Kaum perempuan juga dihimbau agar mengenakan pakaian yang sopan dan tidak mengenakan perhiasan, dsb. Namun semua itu adalah batas minimalis yang bisa kita lakukan. Bagaimana jika sudah melakukan hal-hal itu, ternyata kita terpaksa berhadapan dengan penjahat?
Mengapa kita tidak menggalakkan ilmu bela diri? begitu banyak perguruan ilmu bela diri di tanah air yang bisa kita ikuti. Dahulu, ilmu bela diri mencapai puncak kejayaan sehingga memiliki banyak pengikut. Namun harus diingat bahwa bela diri bukan untuk bergaya, tetapi bisa digunakan untuk melindungi diri dari tindak kejahatan. Saya apresiasi terhadap sekolah-sekolah yang mencantumkan bela diri sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Akan lebih baik lagi jika para pendidik menyoalisasikan agar siswa-siswa mengikutinya disertai penjelasan situasi dan kondisi yang semakin rawan.
Para orang tua, sebaiknya juga mengupayakan agar anak-anaknya belajar ilmu bela diri. Lihat kemungkinan yang terdekat, kalau di sekolah masing-masing ada, maka lebih baik izinkan mereka mengikutinya. Namun kalau di sekolah tidak menyelenggarakan ekstra kurikuler bela diri, carilah perguruan ilmu bela diri terdekat, entah itu karate, tae kwondo, silat, jiu jitsu dll. Kegiatan ini sangat bermanfaat. selain untuk melindungi diri dari kriminalitas, ilmu bela diri juga membangkitkan rasa percaya diri pada seseorang, membuat tubuh menjadi sehat dan kuat. Bandingkan dengan anak-anak yang hobinya hanya main game atau terjebak dalam pergaulan bebas.
Ilmu bela diri juga tidak hanya bisa diikuti oleh remaja dan atau anak-anak muda. Orang tua pun bisa mempelajarinya. Banyak orang yang merasa sudah bertambah usia, semakin berkurang tenaganya sehingga tidak akan bisa berolahraga berat. Memang benar bahwa beberapa macam ilmu bela diri membutuhkan banyak tenaga seperti karate dan tae kwondo. Orang tua tidak bisa dipaksa untuk memilih semacam itu, tetapi bisa memilih jenis ilmu bela diri lainnya yang lebih lembut. Misalnya silat, ilmu bela diri asli Indonesia ini memiliki beberapa katagori yang bisa diikuti anak-anak hingga dewasa. Dan silat, relatif tidak menguras terlalu banyak tenaga fisik.
Jadi, apa sulitnya mempelajari bela diri? soal waktu? kalau orang kantoran, bagaimana jika diusulkan kepada manajemen agar menyelenggarakan kegiatan tersebut di halaman kantor setelah usai jam kantor. daripada terjebak kemacetan di jalan, lebih baik mempelajari ilmu bela diri. Toh, rata-rata hanya dua kali dalam seminggu. Atau carilah perguruan ilmu bela diri yang melakukan latihan pada hari libur, misalnya sabtu atau minggu. Kalau ada kemauan pasti ada jalan. Tunggu apa lagi? sampai kita menjadi korban kriminalitas? Semoga tidak.
Sumber : www.kompasiana.com
Posting Komentar